Daily Trend - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Menjadi Pendidik yang Cakap Digital”.
Seminar ini diselenggarakan pada hari Rabu, 27 Maret 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat empat narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., sebagai Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI, Bapak Agus Dwianto, S.Pd., M.Pd., yang merupakan Kepala SMP Negeri 2 Girimarto Kab. Wonogiri, serta Bapak Muhammad Ihsan Fauzi, S.Si., M.M., C.H., C.Ht., sebagai Kepala Sekolah SMAIT Nur Hidayah.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seminar Ngobrol Bareng Legislator memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi; memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat; memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh APTIKA; mendorong dan memotivasi peran orang tua dalam pendampingan pembelajaran di masa pandemi; serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali oleh hiburan band pada 15 menit sebelumnya. Kemudian, ditampilkan pula video-video yang berkaitan dengan literasi digital. Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menyampaikan bahwa menjadi pendidik sekarang tidak seperti zaman dahulu. Zaman dulu, pendidik hanya penting mempunyai kompetensi guru dengan segenap keterampilannya.
Tapi kalau sekarang, tidak hanya sekadar kompetensi mengajar atau mendidik, guru juga harus punya kecakapan dalam dunia digital, karena sekarang dengan adanya era digital, bahan ajar maupun bahan pendukung lainnya, serta sarana dan prasarana itu tersedia sangat luar biasa di dunia digital.
Teknologi digital sangat mendukung kemajuan di bidang pendidikan. Dulu, kita kalau mencari referensi harus datang ke perpustakaan, membuka buku satu-persatu. Sekarang, dengan mudahnya jurnal, artikel, buku, ada dalam bentuk e-book atau digital. “Karena kondisi yang sudah sedemikian maju, seorang pendidik harus menguasai teknologi digital.
Kalau tidak, dia akan ketinggalan dan tidak bisa menunjukkan kinerja yang bai.”, ucap Pak Kharis di akhir sesi pengantar materinya.
Seminar dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., yang menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI melalui tampilan video.
Dalam video tersebut, beliau yang akrab dipanggil Bapak Semmy menjelaskan bahwa memasuki tahun 2024, perwujudan Indonesia Digital Nation tetap menjadi salah satu prioritas utama guna mewujudkan Indonesia yang makin digital dan maju. Kemenkominfo melalui Dirjen APTIKA terus berkomitmen dalam menyelenggarakan berbagai inisiatif dan program peningkatan literasi digital, guna mendukung upaya transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, serta berkelanjutan. Beliau menyampaikan bahwa upaya transformasi digital ini perlu terus dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia, mengingat perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah cara kita bekerja, berusaha, dan menjalani kehidupan sehari-hari. “Atas dasar itulah yang mendorong kami untuk melakukan peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan kecakapan digital yang ditujukan pada tiga sektor, yaitu masyarakat umum, pemerintahan, dan pendidikan, melalui berbagai program literasi digital.”, tambah Pak Semmy dalam sambutannya.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Agus Dwianto, S.Pd., M.Pd. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau menyebutkan bahwa pembelajaran saat ini, terutama pascapandemi Covid 19, tidak terlepas dari perkembangan dunia pendidikan yang memasuki era digitalisasi.
Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dilakukan secara digital (digitalisasi pendidikan). Sekarang, semua sumber belajar ada di genggaman kita. “Digitalisasi pendidikan ini mutlak untuk diikuti oleh bapak-ibu pendidik, siapapun dan di mana pun.”, sebut Pak Agus.
Pak Agus juga menjelaskan definisi pembelajaran digital, yaitu aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan peranan internet atau teknologi digital, baik dalam persiapan, pelaksanaan, dan penilaian, atau evaluasi pembelajaran. Berikut beberapa manfaat teknologi dalam pendidikan yang disebutkan Pak Agus, yaitu memungkinknnya terjadi pembelajaran daring/jarak jauh, personalisasi pembelajaran (metode pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan murid), serta pembelajaran interaktif, meningkatkan keterampilan teknologi bagi seluruh warga sekolah dalam pembelajaran.
Ada empat bentuk pembelajaran digital, yaitu blended learning (pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran langsung dengan pembelajaran tidak langsung atau mandiri yang bisa dilakukan kapan pun, e-learning atau online learning, penggunaan teknologi dalam kelas, dan adaptive learning. Beberapa tools berikut bisa digunakan oleh guru sebagai pendukung pembelajaran, yaitu Canva, Phet, Kahoot, Wordwall, Copilot, dan Microsoft teams.
Muhammad Ihsan Fauzi, S.Si., M.M., C.H., C.Ht., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Di awal pemaparan materinya, beliau menyebutkan tantangan di era disruption dan era abundance.
Beliau juga menjelaskan 6 D of exponential growth, yaitu digitalization (perubahan analog ke digital), deception (terlena), disruption, dematerialization, dan democratization. “Democratization inilah yang menjadi puncaknya, karena semua serba berkelimpahan dan berbiaya minimal sekali, maka terjadilah era ‘abundance’ atau ‘free economy’ atau ‘sharing economy’.”, sebut Pak Ihsan. Kegratisan atau minimal harga murah sekali sehingga terjangkau untuk semua orang semakin lama semakin masif, karena akan menular ke segala bidang yang lain terutama energi, air, makanan, barang barang, transportasi, dan Kesehatan. Saat itu terjadi, jenis pekerjaan yg ada saat itu 65% belum dijumpai sekarang. Robot dan komputer (AI) mengambil alih 50% pekerjaan otot dan otak manusia.
Pak Ihsan menjelaskan bahwa kita perlu menyiapkan grit dan growth mindset. GRIT, seperti yang dijelaskan oleh Angela Lee Duckwoorth di bukunya, adalah kualitas
diri yang sabar dan pantang menyerah, mau berjuang dalam jangka panjang mengejar target atau impiannya. Sedangkan, growth mindset, seperti yang dijelakan oleh Carol S. Dweck, adalah cara berpikir bahwa segala sesuatu itu mungkin/bisa dilakukan melalui kerja keras, pembelajaran dan sebagainya. Pak Ihsan juga menyebutkan beberapa aplikasi AI yang dapat guru manfaatkan untuk mendukung pembelajaran di era digital ini, yaitu Canva, lumen5, Sway, Crello, Powtoon, Quizlet, MindMeister, Google classroom, Edpuzzle, dan Scribesense.
Setelah paparan materi dari keempat narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 150 peserta, terdapat dua pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.