Daily Trend - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Interaksi di Ruang Digital, Hargai Perbedaan, Hormati Keberagaman”.
Seminar ini diselenggarakan pada hari Minggu, 11 Februari 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat empat narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., sebagai Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI, Bapak Ishdama Miswardana yang merupakan seorang business development manager Kitabisa.com, serta Bapak Heri Samtani, M.Hum., yang merupakan seorang dosen Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas YARSI.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Seminar Ngobrol Bareng Legislator memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi; memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat; memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh APTIKA; mendorong dan memotivasi peran orang tua dalam pendampingan pembelajaran di masa pandemi; serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya.
Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali oleh hiburan band pada 15 menit sebelumnya. Kemudian, ditampilkan pula video-video yang berkaitan dengan literasi digital.
Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menyampaikan bahwa dalam bahasa Jawa, ada istilah ‘Tepo Seliro’ yang berarti menghargai perbedaan, menghormati keberagaman, atau dalam bahasa Indonesia dapat dimaknai sebagai tenggang rasa.
Menurut beliau, prinsip tersebut seharusnya tidak hanya berlaku di kehidupan nyata, namun juga di ruang digital. “Hormati orang lain sebagaimana kita mau dihormati, inilah nilai dasar yang harus kita perhatikan”, pesan Pak Kharis sebagai penutup sesi pengantar materinya.
Seminar dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., yang menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI melalui tampilan video. Dalam video tersebut, beliau yang akrab dipanggil Bapak Semmy menjelaskan bahwa memasuki tahun 2024, perwujudan Indonesia Digital Nation tetap menjadi salah satu prioritas utama guna mewujudkan Indonesia yang makin digital dan maju.
Kemenkominfo melalui Dirjen APTIKA terus berkomitmen dalam menyelenggarakan berbagai inisiatif dan program peningkatan literasi digital, guna mendukung upaya transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, serta berkelanjutan.
Beliau menyampaikan bahwa upaya transformasi digital ini perlu terus dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia, mengingat perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah cara kita bekerja, berusaha, dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Ishdama Miswardana. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau menyebutkan bahwa setiap individu memiliki latar belakang, budaya, dan pandangan yang unik. Menurut beliau, dengan menghargai perbedaan, kita dapat memperkaya pengalaman, belajar dari perspektif yang berbeda, dan menciptakan lingkungan ynag inklusif.
Beliau juga menegaskan bahwa pengguna internet harus memiliki kompetensi dalam mengelola ruang digital dengan baik, agar tercipta ruang yang sehat, penuh dengan edukasi, dan kematangan dalam berinteraksi virtual. Sebagai penutup, beliau berpesan peserta untuk memiliki ROOM supaya bisa mengambil peluang yang ada di ruang digital sebagai tantangan, bukan hambatan. ROOM yang beliau maksud merupakan singkatan dari Rendah hati, Objektif, Open mind, dan Moderat.
Bapak Heri Samtani, M.Hum., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menjelaskan bahwa pada dasarnya, era digital menyuguhkan kemudahan hidup, instan, serba cepat, dan menghadirkan ragam alternatif penyelesaian masalah.
Beliau juga menyebutkan bahwa salah satu kebudayaan manusia di era digital yaitu dekat dan bergantung dengan internet, termasuk media sosial.
“Media sosial adalah ruang publik yang sangat bebas, sehingga dalam beraktivitas di media sosial sangat perlu untuk memperhatikan etika dalam berinteraksi pada individu lain.
Etika yang perlu diperhatikan tidak lepas dari perwujudan nilai-nilai pancasila.”, tambah beliau. Di akhir, beliau berpesan kepada peserta bahwa setiap orang harus mampu bersikap bijak dan menghargai perbedaan sekecil apapun di era society ini.
Setelah paparan materi dari keempat narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 150 peserta, terdapat dua pertanyaan yang terpilih.
Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC.
Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.