Kesehatan Mental dapat di cek dengan Tes MMPI?


Daily Trend -
Masih ingat berita mengenai ritual maut di Danau Kuari Bogor? Menurut informasi dari berita tersebut, korban mengalami gangguan kejiwaan dan hendak berobat dengan guru spiritual di daerah tersebut. Kerap terjadi di lingkungan kita, ketika ada salah salah satu anggota keluarga yang tiba-tiba berperilaku menyimpang, di luar perilaku sehari-hari, misalnya mengamuk atau berbicara sendiri tidak karuan, seringkali disimpulkan kalau yang bersangkutan sedang stres, lebih parahnya lagi dianggap kesurupan. Kita sering melihat di berita tentang penanganan yang keliru terhadap orang yang jiwanya bermasalah seperti contoh berita di atas, tragisnya mereka melakukan praktek penyembuhan yang keliru dan ekstrem sehingga merenggut nyawa si sakit. Peristiwa ini terjadi karena keluarganya awam terhadap dunia psikologi. Kalau keluarganya tahu maka yang bersangkutan bisa dibawa ke psikolog untuk mendapat diagnosa awal dengan dilakukan tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory). Tes psikologi ini dilakukan untuk menilai kepribadian dan psikopatologi, sehingga  akan diketahui apakah kesehatan mental individu terganggu atau tidak. 
“Jangan salah penanganan jika ada anggota keluarga Anda yang tiba-tiba menunjukkan perilaku yang aneh. Sebaiknya segera dibawa ke psikolog untuk menjalani tes sehingga didapat diagnosa yang tepat dan segera mendapatkan terapi maupun pengobatan,” ujar Arnita Kusumaningrum, Psikolog dari Bipi Consulting. 
Tes MMPI pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli psikologi klinis bernama Starke R. Hathaway dan seorang neuropsikiatri bernama J. Charnley McKinley pada University of Minnesota. Tes ini ternyata sangat menolong para ahli di bidang kesehatan mental untuk mendiagnosis pasiennya. Meskipun tes ini sudah ditemukan sejak 1937 tetapi baru dipublikasikan di tahun 1947, alasannya karena terus dilakukan perubahan-perubahan untuk penyempurnan. Kini, tes MMPI telah dipergunakan oleh lebih dari 40 negara. 
Selain dipakai dalam dunia psikologi klinis, tes MMPI juga acapkali dipakai untuk kepentingan hukum, misalnya pada kasus kriminal dipakai untuk menilai pembelaan dari tersangka. Jika ada orang yang bersengketa rebutan hak asuh anak tes ini juga dipakai untuk menilai karakter dari orangtua, mana yang lebih sehat mentalnya sehingga nasib si anak menjadi aman. Bagi sebuah perusahaan, tes MMPI dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian untuk merekrut karyawan 

tertentu yang memiliki risiko tinggi. Jika penugasan di bidang itu tanpa melalui tes ini dan ternyata si karyawan memiliki potensi gangguan jiwa maka sangat berbahaya. 
“Jangan biarkan kesehatan mental terganggu sampai berlarut-larut, semakin cepat dikenali maka semakin mudah diatasi atau diobati,” tambahnya.
Tes MMPI mempunyai 3 tipe tes yang berbeda: (1) Tes MMPI-2 merupakan versi tertua dari pemeriksaan, tetapi tes MMPI-2 adalah yang paling umum dipakai karena para psikolog lebih familier dengan tes tipe ini. Tipe ini dipakai untuk orang dewasa dan terdiri dari 567 pertanyaan dengan hasil yang valid. (2) Tes MMPI-2-RF adalah tipe versi baru, terdiri dari 338 pertanyaan sehingga lebih menyingkat waktu untuk menjawab pertanyaannya. Sebagian psikolog telah memakai tipe ini karena dianggap lebih sempurna. (3) Tes MMPI-A khusus dilakukan untuk anak (remaja), untuk mengetahui karakteristik seorang anak. Untuk melakukan tes MMPI hanya sebuah buku yang berisi 567 pertanyaan, pedoman menjawab, lembar jawaban, dan tempat yang nyaman.
Responden hanya menjawab “Benar” atau “Salah” untuk setiap pertanyaan. Jawaban-jawaban dari pertanyaan akan dikonversi oleh psikolog ke dalam bentuk laporan dan selanjutnya diukur memakai parameter klinis yang menunjukkan kondisi kesehatan mental responden, semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin tinggi indikasi kalau yang bersangkutan mengalami gangguan  kesehatan mental. Jika responden punya gangguan mental maka ahli dapat menentukan rencana pengobatan atau apakah diperlukan penanganan khusus. Terdapat sepuluh parameter klinis, dan masing-masing parameter menunjukkan kondisi psikologis yang berbeda-beda: Hipokondriasis, Depresi, Histeria, Deviasi Psikopat,  Maskulinitas dan Femininitas, Paranoia, Psychastenia, Skizofrenia, Hipomania, dan Introversi Sosial. 
Secara umum MMPI dapat digunakan untuk: evaluasi pasien gangguan jiwa untuk membantu status kesehatan mentalnya, alat menilai simptom untuk menentukan perawatan yang sesuai, alat menilai pasien untuk melakukan perencanaan perawatan, evaluasi efek dari perawatan atau terapi, alat penelitian epidemilogi menggunakan kriteria kepribadian, alat penilai kepribadian untuk posisi publik seperti polisi, tentara, pilot, pemadam kebakaran, calon bupati-gubernur-presiden, pejabat lain dan jabatan-jabatan lain yang penting untuk dilihat kesehatan jiwanya, alat penelitian psikologi terutama menentukan perbedaan kriteria kepribadian, alat penelitian genetika kepribadian, alat penelitian dengan konteks 

budaya yang berbeda, evaluasi kesehatan mental orangtua, dan evaluasi kesehatan mental tersangka (alat forensic kesehatan mental).

Previous Post Next Post